Setiap tanggal 3 Juni di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor ramai dengan perayaan hari jadi Bogor namun tahun ini hari jadi dirayakan dengan sangat sederhana. Bogor sendiri saat ini terdiri dari Kota Bogor dengan 6 kecamatan berpenduduk kurang lebih 1.081.009 juta jiwa (2017), dan Kabupaten Bogor dengan 40 kecamatan dengan penduduk kurang lebih 5.715 .000 juta jiwa (2019) artinya kabupaten dengan penduduk terbanyak seluruh Indonesia. Dahulu, Depok adalah kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang:kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor.

Untuk Kota Bogor sendiri (Sunda: ᮊᮧᮒ ᮘᮧᮍᮁᮧ) terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang menjadi 118,50 km². Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Pada masa Kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit’n-zôrkh”, bœit’-) yang berarti “tanpa kecemasan” atau “aman tenteram”.

#Asal_Usul_Nama_Bogor

Dari mana asal usul nama Bogor? Berikut cuplikan bebas dari tulisan Ahmad Suwardi dan Eman Soelaeman dengan judul ‘Dari Mana Asalnya Nama dan Hari Jadi Bogor?’ dalam buku ‘Milangkala ka 521. Tetenger Urang Bogor Pakeun Heubeul Jaya Dina Buana’, terbitan 2003, yang disusun oleh Wawan Aries Setiawan.

Asal kata Bogor bisa berasal dari kata: (1) bokor, (2) bakor, (3) baghar/baqar, dan (4) Buitenzorg. Kenapa bokor bisa dijadikan Bogor. Dahulu kala ada dua orang juru pantun yang sangat terkenal pada jamannya, yang dua duanya sangat hafal verbal tentang riwayat Pajajaran dan babad Bogor seperti yang pernah disusun pada tahun 1925. Juru pantun itu adalah: Pa Cilong dan Aki Rambeng. Dalam salah satu pantun yang dikarang Pa Cilong seperti yang termuat dalam naskah Pancer Pajajaran yakni Pantun Bogor. Bokor disini artinya ‘tunggul’ kawung (bagian bawah dari pohon kawung sisa tebangan. Kawung adalah bahasa Sunda, dalam bahasa Indonesia-nya adalah pohon nira atau enau). Bukti bahwa Bogor sebagai habitat pohon kawung/enau atau nira, adalah ada beberapa tempat di Bogor yang menggunakan kata kawung, seperti: Kawungluwuk, Cikawung, dan Bantar Kawung. Ada yang berpendapat lain, bahwa Bogor berasal dari bakor. Bakor artinya bakul logam yang terbuat dari nikel, tembaga, perak, kuningan dan lainnya. Kalau teori asal usul nama Bogor berasal dari kata bakor, berarti Bogor berdiri pada jaman dan budaya logam, padahal jaman logam sudah lewat ketika cikal bakal Bogor akan tumbuh. Kalau menggunakan teori bahwa kata bogor berasal dari baghar/baqar dimana kata berasal dari bahasa Arab tersebut artinya sapi. Artinya Bogor berdiri setelah bangsa Arab bermukim di Bogor. Padahal orang Arab yang bermukim di Bogor dimulai pada awal abad 19 atas prakarsa Belanda. Yang terahir ada teori yang menyatakan bahwa kata bogor adalah plesetan dari kata Buitenzorg. Kata Buitenzorg adalah nama resmi Bogor pada masa penjajahan Belanda. Arti buitenzorg kira-kira sama dengan ‘keluar dari kesibukan’ , aman tentram’, ‘tenang’.

Nama Buitenzorg sebenarnya adalah untuk rumah persinggahan (bukan istana), dimana nama itu diberikan pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Belanda bernama G.W. Baron. Van Imhoff karena setiap perjalanan dari Batavia ke istana gubernur jenderal di cipanas-puncak, mampir singgah untuk beristirahat di tempat vila Buitenzorg ini yang pada tahun 1750-1752, Bogor diserang Kerajaan Banten. Dan Bogor hancur termasuk rumah persinggahan Buitenzorg. Bangunan itu kemudian sedikit demi sedikit dibangun kembali oleh Gubernur Jenderal Belanda yang baru – Yacob Mossel. Namun, pada tanggal 10 Oktober 1834 terjadi gempa bumi hebat, yang meluluh lantakan Bogor termasuk istana Buitenzorg pada waktu itu. Setelah terjadi gempa bumi hebat, istana Buitenzorg dibangun kembali dan selesai pada tahun 1850. Dan pada tahun 1870, istana Buitenzorg atau Istana Bogor ditetapkan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda (Buku Istana Presiden. 1979).

Kembali ke cerita Buitenzorg, padahal sebelum Van Imhoff membangun Buitenzorg berupa rumah persinggahan, disekitar tempat itu sudah ada pemukiman, seperti: kampung Bantarjati, kampung Sempur, kampung Baranangsiang, dan kampung Panaragan. Gugurlah teori asal usul kata Bogor berasal dari Buitenzorg.

Sehingga atas penelusuran etimologi dan histori, maka versi pantun Pa Cilong lebih masuk akal. Jadi nama Bogor berasal dari kata bokor yang berarti ‘tunggul’ yaitu sisa tebangan pohon kawung/nira. Perlu diingat bahwa tunggul kawung kalau dibuat kayu bakar, apinya tidak membara tetapi tidak juga padam. Kayu bakar tunggul kawung bersifat ngelun atau apinya walaupun kecil tetapi dapat hidup lama seperti halnya arang kayu bakau. Jika dijadikan tiang rumah, kekuatannya akan puluhan tahun. Dan jika kaki menyenggol tunggul kawung, lukanya menjadi borok menganga yang sukar sembuh. Makna dari bogor sebagai tunggul pohon kawung/nira/enau adalah orang Bogor tidak mudah terprovokasi, walaupun di tempat lain terjadi keributan, tetapi di Bogor tetap ayem tentrem, adem ayem, dan aman. Begitu juga kepemimpinan orang Bogor adalah ajeg tangguh dan hasil karyanya dapat bersifat monumental.

Kenapa Tanggal 3 Juni Dijadikan Hari jadi Bogor?

Pada tanggal 03 Juni 2015, warga Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, bersama –sama memperingati hari jadi-nya yang ke 533. Dari mana asal usul penetapan tanggal 3 Juni sebagai hari jadi Bogor?

Pada tahun 1971, setelah melalui pendekatan dan pembicaraan atara pemerintah Kota madya Bogor dan pemerintah Kabupaten Bogor (waktu itu kantor pemerintah kabupaten bogor berada di jalan Panaragan Kotamadya Bogor) dan ditindak lanjuti pertemuan pertemuan antara pimpinan DPRD kotamadya Bogor denga DPRD kabupaten Bogor. Dari pertemuan pertemuan itu disepakati tanggal hari jadi bogor. Pada tanggal 03 Juni 1972, dalam sidang gabungan istimewa antara DPRD Kotamadya Bogor dan Kabupaten Bogor yang bertempat di Lobby Gedung Merdeka (yang kini jadi Mall Merdeka), disepakati bahwa hari jadi Bogor adalah tanggal 03 Juni. Bogor disini terdiri dari kotamadya Bogor dan kabupaten Bogor.Kenapa tanggal 03 Juni disepakati sebagai hari jadi Bogor?

Ada 3 hal sumber sejarah yang menjadi pijakan utama, yaitu:

1. Tokoh Prabu Siliwangi sama dengan tokoh Sri Baduga Maharaja,

2. Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja, 97 tahun sebelum kerajaan Pakuan Pajajaran runtuh karena serangan kerajaan Banten, dan

3. Sejak Sri Baduga Maharaja dinobatkan, ibu kota kerajaan yang semula di Kawali (Ciamis) dipindahkan ke Pajajaran Bogor dan tidak berpindah pindah lagi sampai keruntuhannya.

Dengan demikian, diketahui bahwa Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai Susuhunan Pajajaran pada tahun 1482 masehi. Inilah pijakan penentuan tahun dibangunnya Bogor. Tahun sudah didapat, kemudian bagaimana menentukan tanggal dan bulan mulai dibangunnya Bogor?

Dari naskah pantun bogor, terungkap bahwa kerajaan Pajajaran pada setiap tahun selalu mengadakan upacara gurubumi dan upacara kurewabhakti sebagai upacara syukuran atas hasil panen pada tahun tersebut. Upacara ini dihadiri oleh para raja-raja daerah dengan pengiringnya. Dalam naskah pantun bogor tersebut, diceritakan bahwa upacara tersebut dimulai 49 hari setelah penutupan musim panen yang berlangsung selama 9 hari, dan ditutup dengan upacara kawerabhakti pada bulan purnama.

Dalam kalender pertanian tradisional seperti yang dipakai oleh masyarakat Kanekes Baduy, musim tanam padi akan jatuh pada musim kapat (musim labuh) yang jatuh pada tanggal 13 Oktober pada setiap tahun. Dengan perkiraan pada tanggal 13 Oktober, musim tanam padi telah selesai, dan masa tanam padi selama 5 bulan 10 hari, maka musim panen akan jatuh pada bulan Maret sampai awal bulan april. Maka upacara kawerabhakti (49 hari+9 hari), maka akan jatuh pada bulan Mei atau awal bulan Juni. Dan paling lambat pertengahan bulan Juni, karena tanggal 22 Juni sudah berlaku kalender baru atau mangsa kasa.

Dengan perhitungan tersebut, upacara kawerabhakti pada waktu itu jatuh pada tanggal 03 Juni 1482.

Pada upacara kawerabhakti, semua raja daerah hadir di kerajaan Pakuan Pajajaran. Dan pada tanggal 3 Juni 1482 tersebut adalah tanggal dinobatkannya Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai Raja Susuhunan Pajajaran yang berpusat di Pakuan yang terletak di Bogor. Pada saat yang sama, sekaligus juga pemindahan pusat kerajaan yang sebelumnya berada di Kawali Ciamis ke Pakuan.

Itulah sejarahnya kenapa tanggal 03 Juni 1482 dijadikan sebagai hari jadi Bogor.

Bogor_Pada_Masa_Penjajahan

Seperti apa yang ditulis Dewi Panji (2008) dalam buku ‘Jalan Panjang Bogor. Waktu antara Pajajaran ‘sirna’ (karena serangan Panembahan Yusuf dari Kerajaan Banten) sampai ‘ditemukan’ kembali (yang kurang lebih memakan waktu satu abad lebih) oleh ekspedisi Scipio, ditemukan sebagai ‘puing’ yang diselimuti hutan tua (gehel met out bosh begroet zinde 1703). Pada jamannya ‘Bogor’ pada waktu itu berpenduduk 48.271 jiwa, kota dengan penduduk terbesar no 2 di Nusantara, setelah Demak dengan jumlah pendudunya 49.197 jiwa. bahkan dua kali lipat dari jumlah penduduk Pasai yang jumlahnya 23.121 jiwa.

Pada jaman Belanda, semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff, tepatnya tahun 1872, sempat dibuat perencanaan tata ruang wilayah Bogor termasuk rencana penyebaran penduduknya. Bangsa Eropa yang dianggap sebagai warga utama pada waktu itu, ditempatkan di pemukiman kelas satu yaitu di daerah Kedung Halang (sekarang di sekitaran Taman Kencana) yang memiliki pemandangan sangat indah. Jalan-jalannya diberi nama dengan kosakata kental Belanda, seperti: Koningen weg, Beatrix weg, Jan Pieter Zoon Coen weg, Juliana weg, masing-masing untuk nama jalan (saat ini): Papandayan, Cikuray, Pangrango, dan Tangkuban Perahu. Saat ini di jalan-jalan tersebut sedang terjadi perubahan fungsi, dari pemukiman menjadi hotel, restoran, cafe, dan lainnya.

Kembali kepada Gubernur Jenderal VOC yang hobi naik kereta api. Untuk lebih memberikan pelayanan yang memadai kepada Gubernur Jenderal beserta tamu-tamunya, maka dibangunlah hotel Du Chemin De Fer, orang Bogor jaman dulu menyebutnya Semin Defer, sementara orang Belanda menyebutnya Spoor hotel. Bekas hotel tersebut sekarang menjadi kantor Polwil Bogor yang terletak di seberang Taman Topi.

Groote Post Weg yang sekarang jalan Juanda, berawal dari depan Istana Bogor sampai di depan Kantor Pos. ini adalah boulevardnya Bogor. Disitu ada rumah sakit militer atau militere hospital yang kini bernama rumah sakit Salak, Kantor CPM, sekolah Regina Facis yang dulu bernama klooter, yang pada jaman pergolakan rakyat melawan Belanda pernah dijadikan tempat pengungsian sementara bagi keluarga-keluarga Belanda.

Sampai tahun 1872, ibukota Kabupaten Bogor masih berada di Empang. Kata Empang berarti kolam besar. bangunan kantor kabupaten berada di sebelah selatan alun-alun Empang dan di sebelahnya ada kolam besar. Bupati Bogor pada waktu itu tinggal di wilayah Empang ini.

Oleh pemerintahan Belanda pada waktu itu, wilayah Empang dikhususkan bagi pemukiman orang-orang Arab.

Di masa pendudukan Inggris, Gubernur Jenderal Thomas Raffles, banyak berjasa membangun Bogor, dengan merenovasi Istana Bogor dengan menjadikan kebun raya pada sebagian tanah istana, serta mempekerjakan ahli pertamanan untuk menata Bogor sebagai tempat peristirahatan.

#Harapan_Masyarakat_Bogor_Ke_depan

Saya bangga bangga menjadi warga Bogor, walaupun perlu banyak berbenah terutama persoalan kemacetan akibat infrastruktur yg cepat rusak.

Walikota Bogor pun perlu membangun infrastruktur, fasilitas publik, dan sistem transportasi yang baik di kota Bogor dengan tidak hanya membangun pusat kota tapi membangun dari pinggir kota. Begitu pula dgn Bupati Bogor tdk hanya konsentrasi di daerah Cibinong.

Bogor kedepan harus menjadi kota yang humanis, toleran, ramah anak, khusus untuk ramah anak ini, tawuran pelajar yang sampai memakan korban jiwa harus di perhatikan karena disaat dicanangkan kita ramah anak justru tawuran pelajar yang memakan korban meningkat tajam. Mengurus kota tidak hanya memperbanyak taman, tapi mengurus kota adalah mengurus seluruh aspek kehidupan masyarakat nya, di Bogor warga harus bahagia seperti istilah Buitenzorg.

Karena saat bicara harapan ke depan maka kita bicara tentang kota yang ideal, sebuah kota humanis, kota berkelanjutan, kota sehat dan kota yang ramah lingkungan dan tentunya layak huni serta toleran.

#SELAMAT_HARI_JADI_BOGOR_KE_538

Referensi sumber:
1. Istana Presiden Indonesia. 1979. Diterbitkan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia
2. Pandji, Dewi. 2008. Jalan Panjang Bogor. Inti Deraya. Bogor
3. Setiawan, Wawan Aries. 2003. Milangkala ka 521. Tetengger Urang Bogor Pakeun Heubeul Jaya Dina Buana. Terbitan Yayasan Caraka Mitra Pakuan. Bogor.
4. Wunas, Shirly. 2011. Kota Humanis. Integrasi Guna Lahan & Transportasi di Wilayah Suburban. Penerbit Brilian Internasional. Surabaya. 112 hal
5. Blog Edi Sadili
6. Wikipedia
7. Dokumen Foto Idham& Affie

Mari Belajar Sejarah Bogor