Kesiapan Negara-Negara Asean Dalam Mewujudkan Ketangguhan Kawasan Regional
18-10-2017
32
SERANG - ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) adalah latihan (simulasi) Penanggulangan Bencana di Tingkat Negara-Negara ASEAN yang diikuti oleh seluruh negara anggota ASEAN dan dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun sekali. Latihan ini merupakan sarana untuk menguji, mengevaluasi dan mengkaji ASEAN Standby Arrangements and Standard Operating Procedures (SASOP) untuk meningkatkan kerjasama antar negara-negara dan lembaga-lembaga PBB serta organisasi internasional lainnya.
Demikian salah satu point kata sambutan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dody Ruswandi, pada saat pembukaan kegiatan internasilasi ARDEX 2018, di Pendopo Gubernur Provinsi Banten, Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B), Selasa (03/10/2017).
Selain Sestama BNPB beserta jajaranya, hadir dalam kegiatan tersebut, dari unsur Pemerintahan Provinsi Banten, Forkominda Provinsi Banten dan Kota Cilegon, Pejabat Kementerian – Lembaga Pemerintah, Pejabat Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, Kota Cilegon, Kota Serang, Perwakilan Organisasi Internasional, Perwakilan Lembaga Usaha dan Tamu Undangan lainya.
Lebih lanjut Sekretaris Utama BNPB menyampaikan bahwa untuk tema ARDEX 2018 adalah “Strengthening ASEAN’s Collective Response Capacity through National Leadership, Regional Enhancement and International Support”. Melalui tema ini kami mengajak seluruh pelaku penanggulangan bencana di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional untuk dapat berpartisipasi secara aktif dan mendukung ARDEX 2018 dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Pada tahun 2010 lanjut Sekretaris Utama BNPB, Indonesia telah ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan ARDEX yang lokasinya di Kota Cilegon dan sekitarnya. Namun ARDEX 2010 tidak jadi dilaksanakan dikarenakan terjadi bencana berurutan saat itu, yaitu erupsi Gunung Merapi, banjir Wasior dan tsunami Mentawai yang membutuhkan penanganan darurat.
“Pada pertemuan rapat regional 4th ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM) dan 29th ASEAN Community on Disaster Management (ACDM), bulan Oktober 2016 di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia kembali diminta untuk menjadi tuan rumah ARDEX tahun 2018,”jelas Dody Ruswandy
Pemilihan Kota Cilegon sebagai lokasi latihan ARDEX 2018 lanjut Dody Ruswandy dengan pertimbangan bahwa Kota Cilegon merupakan salah satu dari 136 Kota/Kabupaten Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Risiko Bencana Tinggi sehingga perlu dilakukan peningkatan kesiapsiagaan untuk kawasan yang berpotensi terjadi bencana industri.
Disamping itu lanjutnya, melalui ARDEX 2018 ini untuk mewujudkan 4 (empat) prioritas aksi dalam Sendai Framework Disaster Risk Reduction (SFDRR 2015-2030) Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana melakukan upaya penguatan tata kelola penanggulangan bencana di tingkat pusat dan di daerah. Melalui ARDEX 2018 Pemerintah Indonesia melakukan antisipasi ancaman nyata gempabumi dan tsunami dan secara khusus bencana industri dengan meningkatkan kesiapsiagaan melalui simulasi atau latihan bersama untuk memperkuat ketangguhan di tingkat lokal, nasional dan regional.
“ARDEX 2018 ini juga mewujudkan bahwa bagaimana Negara-Negara ASEAN akan siap membantu Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Cilegon apabila terjadi bencana gempa / tsunami di kawasan Cilegon ini, ”jelas Sekretaris Utama BNPB
Kegiatan Internalisasi ARDEX 2018 hari ini bertujuan untuk menyampaikan draf awal konsep ARDEX 2018 kepada Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, Lembaga Usaha dan Organisasi Internasional, mendapatkan masukan dan mengajak seluruh stakeholder pelaku penanggulangan bencana dapat terlibat, mendukung dan ikut berpartisipasi aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan ARDEX 2018.
Kegiatan ARDEX 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 4 s.d 10 November 2018. Rangkaian kegiatan akan dimulai sejak awal tahun 2018. Latihan (simulasi) yang akan dimainkan terdiri dari 3 (tiga) latihan, yaitu : Tabletop Exercise (TTX), Command Post Exercise (CPX), Field Training Exercise (FTX). Kami juga akan melaksanakan 2 (dua) kegiatan lain yaitu Evakuasi Mandiri dan Humanitarian Civic Action (HCA). Pelaku penggulangan bencana dapat memilih dan menentukan akan berpartisipasi di simulasi ataupun kegiatan mana, disesuaikan dengan tugas dan fungsi instansi masing-masing. Kami juga akan melibatkan Kementerian/Lembaga, Organisasi Perangkat Daerah, Lembaga Usaha dan Organisasi Internasional sebagai perancang, pelaku, After Action Review (AAR) dan observer sesuai dengan skenario yang akan dimainkan dalam latihan.
Kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang sering mengalami bencana dan berdampak besar. Kawasan ini dilewati oleh garis patahan yang aktif dan beberapa negara terletak di sepanjang Ring of Fire. Sehingga kawasan ini memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap ancaman bencana gempabumi dan tsunami, termasuk Indonesia.
Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, sehingga sangat rawan terhadap berbagai ancaman bencana geologi. Salah satu wilayah yang rentan adalah sepanjang Busur Sunda-Banda dimana Provinsi Banten merupakan bagian dari padanya, sehingga menjadi sangat rentan terhadap ancaman gempabumi dan tsunami.
Wilayah Pantai Barat Banten, sepanjang pantai Cilegon sampai Anyer terdapat berbagai industri kimia. Apabila kekuatan gempabumi yang terjadi cukup besar, maka dapat menimbulkan bencana industri di kawasan tersebut. Dampak bencana industri sangat membahayakan masyarakat sekitar dan dapat meluas sampai ke Provinsi sekitarnya bahkan dapat sampai lintas negara.
Gempabumi, tsunami dan bencana industri termasuk transboundary disaster. Bencana serupa juga dapat terjadi di negara lain di kawasan ASEAN, yang dampaknya dapat sampai ke batas administrasi negara lain.
Kondisi Penanggulangan Bencana di masing-masing negara ASEAN berbeda satu dengan lainnya. Sejalan dengan visi ASEAN, yaitu One ASEAN One Response, maka perlu adanya sinergitas dan harmonisasi penyiapan sumber daya (manusia dan peralatan) yang siap untuk dimobilisasi pada masa tanggap darurat, untuk digunakan membantu kegiatan kemanusiaan bila terjadi suatu bencana di salah satu Negara di ASEAN. Bahkan kalau perlu, para pelaku PB dari kawasan ASEAN sudah saatnya untuk membantu penanganan di kawasan regional lainnya bahkan ke tingkat global. (mw/ws/tm)