BOGOR – RADAR BOGOR, Kemarau kembali melanda Kabupaten Bogor. Tak kurang dari 30 desa yang tersebar di sembilan kecamatan mulai mengalami krisis air bersih.

Jumlah ini diprediksi meningkat seiring dengan tingginya permintaan pemasokan air bersih dari masyarakat kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor.

“Ada 30 desa dari sembilan kecamatan yang dianggap yang paling terdampak kekeringan saat ini,” ujar Kasi Kedaruratan pada BPBD Kabupaten Bogor Adam Hamdana kepada Radar Bogor.

Sembilan kecamatan yang terdampak kekeringan itu antara lain kecamatan Citeureup, Jasinga, Tenjo, Cariu, Ciampea, Cigudeg, Klapanunggal, Jonggol dan Gunung Putri.

Adam mengatakan musim kemarau memang kerap menjadi sumber kekeringan di sejumlah wilayah. Masyarakat kekurangan air bersih untuk digunakan sehari-hari.

Walaupun menurut dia, sampai saat ini proses pengiriman air bersih kepada warga masih berdasarkan surat permintaan yang diajukan oleh desa. “Saat ini saja masih ada puluhan surat yang mengantre untuk ditindaklanjuti,” beber dia.

Satu armada biasanya dibekali dengan tangki 5.000 liter air bersih. Tak jarang, kata Adam, armadanya akan bolak-balik dua hingga kali hanya untuk memenuhi kebutuhan semua warga di satu desa.

BPBD Kabupaten Bogor mencatat, sebanyak 15.010 kepala keluarga (KK) telah tercover dari upaya pembagian air bersih itu. Totalnya, 47.250 jiwa.

Tentu saja, lanjut Adam, jumlah ini masih belum mencukupi semua kebutuhan warga yang terdampak kekeringan. Pihaknya juga dibantu langsung oleh armada PMI Kabupaten Bogor dan PDAM Tirta Kahuripan dalam menyalurkan air bersih ke desa-desa.

“Berkaca dari tahun kemarin, musim kemarau tahun ini lebih pendek durasinya. Mudah-mudahan tidak sampai membuat masyarakat kesulitan,” papar dia.

Perkiraan kekeringan itu diprediksi bakal berlangsung hingga November mendatang. Hal itu berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dijadikan patokan oleh BPBD Kabupaten Bogor.

Pihaknya pun telah berupaya menambah titik-titik air di lokasi rawan kekeringan. Sebut saja diantaranya Kecamatan Ciampea, Jasinga dan Leuwiliang untuk wilayah barat. Sedangkan di daerah timur ada di Tanjung Sari dan Citeureup.

Bagian Program Pendataan dan Laporan pada BPBD Kabupaten Bogor, Hamzah menambahkan, perkembangan wilayah kekeringan terus menjadi pantauan BPBD.

Pihaknya melakukan update data dua kali dalam sebulan. Data-data itulah yang dipakai untuk memetakan kekeringan di beberapa wilayah yang rawan.“Salah satu faktor terjadinya kekeringan juga karena masyarakat masih banyak yang menggunakan sumur dibanding air PDAM,” ucapnya.Dia mencontohkan untuk wilayah Jasinga. Diprediksi akan mengalami kekeringan secara rutin setiap musim kemarau datang. Karena di wilayah itu sulit ditemui sumber mata air untuk mengantisipasi atau sebagai cadangan kala kemarau datang.

Jika kekeringan terus bertambah parah, maka BPBD akan berupaya menggandeng para pengusaha air curah. “Kami juga menggandeng Dinas PUPR sebagai bagian dari program sanitasi air bersih

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Burhanudin juga mengakui, musibah kekeringan menjadi salah satu prioritas Pemkab Bogor.

Ia mengatakan, bupati telah menekankan agar masalah kekeringan menjadi perhatian. Apalagi, bencana ini merupakan kejadian yang kerap berulang setiap tahunnya.

“Antisipasi bencana alam musim kekeringan sudah dipersiapkan. Memang sudah ditekankan bahwa harus dipersiapkan sebaik-baiknya,” pungkasnya. (mg3/mam/rp1/reg/c)

 

30 Desa di Bogor Krisis Air Bersih, Wilayah Timur dan Barat Paling Rawan