SORONG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengajak semua pihak untuk mengupayakan pengurangan risiko bencana (PRB). Pernyataan ini disampaikan di hadapan ribuan peserta Peringatan Bulan PRB 2017 yang berlangsung di Sorong, Papua Barat, pada 22 – 25 Oktober 2017. Willem mengatakan bahwa peringatan bulan PRB ini merupakan waktu yang sangat baik bagi kita untuk menyamakan persepsi, merapatkan barisan dan melangkah bersama menuju Indonesia yang tangguh bencana.

“Upaya PRB tidak dapat ditawar-tawar lagi. Upaya PRB harus dilakukan secaa massif, tidak bisa setengah-setengah, harus dilakukan secara bersama dan bergotong royong baik oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.”

Menurut Willem, perubahan cara pandang masih menjadi tantangan dalam penanggulangan bencana, khususnya terkait dengan PRB. Perubahan cara pandang dan perilaku nasional yang patut ditumbuhkan dalam menyikapi bencana, yaitu dari responsif dan penyaluran bantuan menjadi PRB yang berbasis masyarakat.

“Pengeluaran untuk PRB harus diperhitungkan sebagai investasi ekonomi dan pembangunan,” tambah Willem pada sambutan pembukaan Peringatan

Bulan PRB di Aimas Convention Center, Kabupaten Sorong, Papua Barat pada Senin (23/10).

Berbagai alasan mengapa PRB sangat penting dalam penanggulangan bencana diungkapkan oleh Willem Rampangilei di hadapan Gubernur Papua Barat beserta jajaran di tingkat provinsi dan kabupaten, serta perwakilan kementerian/lembaga, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seluruh Indonesia serta undangan lain.

Indonesia merupakan wilayah rawan yang rawan bencana dan di sisi lain, kecenderungan bencana di tanah air meningkat. Degradasi lingungan, daerah aliran sungai (DAS) kritis, fungsi sungai menurun, pemanasan global, pemukiman di wilayah rawan, maupun pembangunan yang belum berbasis pada kajian risiko bencana menjadi faktor yang memperburuk saat potensi bahaya mengancam.

Willem menekankan bahwa upaya PRB perlu dilakukan secara inovatif dan terukur. Upaya penanggulangan bencana tidak dapat lagi dilakukan dengan cara-cara business as usual. Program kegiatan harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. PRB sebisa mungkin berbasis pada teknologi dan masyarakat.

Dalam penanggulangan bencana, BNPB mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Rencana ini sejalan dengan Nawacita, khususnya pada tiga agenda, yaitu (1) Menghadirkan kembali negara, selalu berada di tengah-tengah masyarakat yang terdampak bencana dan cepat dalam memberikan bantuan dan tepat sasaran, pelayanan kepada masyarakat harus segera dipuluhkan; (2) Membangun Indonesia dari pinggiran, seperti program Desa Tangguh Bencana (Destana), dan (3) Mewujudkan kemandirian ekonomi.

Pembukaan Peringatan Bulan PRB 2017 dihadiri oleh ribuan peserta dari seluruh Indonesia, seperti BPBD, Kementerian/Lembaga, TNI, Polri, Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi masyarakat, mitra Internasional, akademisi, komunitas serta relawan. Pada hari ini (23/10) juga dilangsungkan pembukaan pameran PRB yang berlangsung di Alun-alun Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Informasi lebih lanjut dapat diakses di laman peringatanbulanprb.net.

 

BNPB Ajak Semua Pihak Upayakan PRB Secara Massif