YOGYAKARTA – Kecenderungan naiknya intensitas kejadian bencana hidrometeorologis dari tahun 2002 – 2015 yang semakin meningkat seiring dengan perubahan iklim global. Peningkatan juga terjadi akibat besarnya pengaruh aktivitas manusia (faktor anthropogenic) dalam bencana-bencana tersebut. Tingkat kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh bencana tersebut juga semakin meningkat, terutama akibat banjir dan kebakaran hutan. Untuk mengurangi risiko bencana dan potensi kerugian ekonomi akibat bencana di masa yang akan datang, Indonesia perlu mengkampanyekan “Gerakan Nasional Pengurangan Risiko Bencana”. Gerakan Nasional Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah proses pemberdayaan komunitas yang berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai upaya untuk mewujudkan komunitas yang mampu mengelola dan mengurangi risiko bencana serta meningkatkan kualitas hidup.

BNPB menargetkan 42 Sekolah Sungai untuk PRB, 23 sudah terlaksana di tahun 2016 dan 19 akan dilaksanakan pada tahun ini. Pada Tahun 2016, BNPB telah memfasilitasi pelaksanaan sekolah sungai gerakan pengurangan risiko bencana melalui pembentukan komunitas sungai dan apel serta aksi bersih-bersih sungai di 23 Kabupaten/Kota antara lain Pacitan, Ngawi, Madiun, Kota Madiun, Gresik, Lamongan, Tuban, Ponorogo, Bojonegoro, Magetan, Malang, Wonogiri, Boyolali, Kota Surakarta, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Bandung,Sumedang, Indramayu, Cianjur, Kota Cimahi, Parigi Moutong.

Tahun 2017 BNPB akan melaksanakan kegiatan sekolah sungai level I di 19 Kab/Kota. Untuk mempersiapan pelaksanaan Gerakan PRB di daerah, BNPB bekerjasama dengan UGM dan komunitas-komunitas di Yogyakarta dan Klaten melaksanakan pembekalan fasilitator daerah sekolah sungai. Pembekalan fasilitator daerah sekolah sungai dilaksanakan dalam 2(dua) gelombang. Pembekalan Gelombang I berlangsung selama 6 (enam) hari, pada tanggal 25 – 30 Juli 2017 di Yogyakarta dan Klaten, dengan jumlah peserta sebanyak 29 orang yang berasal dari Kota Pontianak, Kabupaten Tabanan, Kota Bitung, Kabupaten Garut, Kabupaten Maros, Kabupaten Minahasa Utara,Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Sidoarjo.

Kegiatan pembekalan ini dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Ir. B. Wisny Widjaja, M.Sc dan dihadiri oleh Prof. Suratman (Pembina Sekolah Sungai ), Kepala Pelaksanan BPBD DIY dan Jawa Tengah, Kepala Subdit Pengendalian Kerusakan Sungai, KLHK dan Kepala Subdit Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Kementerian PUPERA. Lokasi pembekalan tersebar di beberapa komunitas yang ada di Yogyakarta dan Klaten antara lain ; BKM Tridaya Waru Mandiri, Forum Komunikasi Winongo Asri, Komunitas Pemerti Kali Code, Komunitas Banyu Bening, Komunitas Jaka Tarup dan Komunitas peduli Sungai woro Purbo dan Departemen Teknik Geodesi UGM. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih/membekali calon fasilitator agar memiliki kemampuan dalam memdampingi proses implementasi sekolah sungai didaerahnya dala rangka Gerakan Pengurangan Risiko Bencana.

 

42 Sekolah Sungai untuk Pengurangan Risiko Bencana